[1] Terancam menjadi musyrik , musnah Amal Sholehnya , Jika wafat tanpa bertaubat, maka tidak akan diampuni dosanya dan Neraka untuknya selama-lamanya.
[2] Mencerminkan harta yang tidak berkah, bahkan kepemilikannya adalah laknat karena dipakai untuk kesyirikan.
[3] Dalam kasus memintakan dukun untuk menyihir seseorang: dosa dukun dalam perbuatan itu akan kembali juga kepadanya berlipat. Beban semakin berat. Karena dukun tersebut tidak melakukannya kecuali karena diminta oleh orang tersebut dan diberi mahar.
[4] Seseorang akan dibalas karena perbuatannya sendiri. Semisal ia memintakan dukun menyantet seseorang, semakin sengsara yang disantet, maka sangat mungkin kelak dirinya akan diperlakukan semacamnya. Atau suaminya, atau istrinya, atau anaknya. Dan sebagian perkara santet sangat menyakitkan korban.
[5] Kezaliman pasti ada balasannya. Bisa jadi orang yang disantet atau disihir akan mendoakan si dukun dan orang yang menyuruhnya. Dan doa pihak terzalimi mustajab. Jika ketika diruqyah kemudian korban dan peruqyahnya berdoa agar si dukun dan pelakunya dihancurkan jantungnya hingga muntah darah maka bukan impossible jika itu terjadi.
[6] Ketergantungan pada dukun dan setan. Dan jauh dari Islam, meskipun si pelaku adalah yang bolak-balik kajian. Bahkan, meskipun yang bolak-balik kajian Salafi sekalipun. Jika ada, berarti ada. Jangankan ikhwan dan akhwat majelis, setan kuntilanak yang sudah taubat dan Allah beri hidayah pun menceritakan dahulu dirinya ada rasa heran ternyata ada akhwat berjilbab lebar bermain dukun dan membayar santet.
Ketergantungan pada dukun dan setan, bisa berupa pengasihan, susuk dan semacamnya.
Jika masa tenggang sudah habis, pengasihan akan melemah. Hubungan retak. Lalu di-charge lagi ke dukun. Bayar lagi agar koneksi tidak putus. Jika masa tenggang sudah habis, susuk tak berfungsi lagi. Yang tadinya cantik atau ganteng atau berwibawa, jadi jelek. Harus ke dukun lagi agar kembali cakep.
[7] Doanya tidak mustajab.
[8] Su’ul khatimah. Bisa jadi mati dalam keadaan buruk, atau tersiksa, atau kufur.
[9] Hidup dipenuhi gusar, terlebih ternyata di tengah kalangan orang baik. Berusaha menutup-nutupi kesyirikan dalam dirinya. Membenci di balik layar para asatidzah Ahlus Sunnah namun bisa juga memperalat mereka, yang kita semua yakin:
[10] Kedoknya suatu saat akan terbongkar.
Maka, sebelum kedok terbongkar, bertaubatlah. Bersimpuhlah di hadapan Allah Ta’ala. Akuilah kesalahan itu. Bersihkan kesemua jaring setan yang sudah hinggap di jiwa dan kulit. Jangan lagi tersenyum manis di depan, sementara di belakang meradang.
Bahwa engkau adalah makhluk Allah, hamba Allah, yang dirizkikan air mata untuk dikucurkan sebagai penyesalan.
Maka, bertaubatlah, sebelum semua berakhir. Jika ada pihak atasan yang ternyata memang memaksamu, karena ‘itulah’ memang job-mu, maka ingatlah Siapa Dia di atas Arsy, tiada yang ada di atas-Nya.
Ini nasehat.
Sebelum semuanya terlambat.
Kaum muslimin masih menginginkan darimu kebaikan.
Maka, kembalilah sebelum kematian datang,
Namun, jika masih diulangi, kami semua akan mendoakan kesengsaraan karena kezaliman yang tak dihentikan..