Tipu daya syetan jin itu lemah, dan ia takan berpengaruh, selain kepada orang yang tak memiliki aqidah yang kuat. Iapun (syetan jin) tidaklah besar kecuali karena dibesar-besar kan oleh cerita-cerita dongeng para pemujanya. Iapun pendusta, tapi sayang masih banyak dipercayai oleh sebagian orang!
Salah satu dusta syetan jin itu sering mengaku-ngaku sebagai leluhur. Bahkan tak segan iapun suka mengaku ngaku sebagai Syeikh atau waliyullah.
Pada saat tetanggaku hajatan, ada salah seorang anggota keluarganya yang kesurupan. Si jin yang merasuki tetanggaku itu mengaku bahwa ia adalah orang tuanya yang telah wafat. Lalu iapun meminta itu dan ini. Lucunya, mereka semua yang mendengar dusta si jin itu percaya, hingga mereka pun begitu santun dan siap untuk memenuhi permintaan syetan jin pendusta tersebut.
Saat itu aku berpikir, inilah saatnya untuk membuktikan kebohongan si syetan jin kepada keluarga besar tersebut. Lalu aku katakan kepada mereka; ” Jangan percaya! Ia bukan bapaknya, tapi ia syetan jin yang ngaku-ngaku !”
Para hadirin terlihat bingung dan nampak tak setuju setelah mendengar perkataanku. Lalu aku katakan kepada mereka supaya tak memenuhi permintaan Si syetan pendusta itu. Setelah itu, aku maju untuk membantah pengakuan dustanya.
” Siapa kamu?”, pancingku.
” Aku bapaknya. Aku sedih melihat keluargaku kumpul-kumpul.” Jawabnya.
” Jangan dusta kamu. Bagaimana mungkin kamu ngaku sebagai bapaknya, sedangkan kamu itu jin!”, pancingku.
” Benar aku ini bapaknya!”, ia membentak.
” Wahai syetan jin pendusta, orang lain mungkin bisa kau bohongi, tapi aku tidak..!
Paling tidak kau ini khodam jin bapaknya dari anak yang kau ganggu!”.
Sekalipun sudah dikatakan begitu, ia tetap ngotot mengaku sebagai bapaknya orang yang kerasukan. Tak hanya itu, iapun memanggil adik-adik dan kakak-kakaknya orang yang kerasukan. Lalu ia minta itu dan ini.
” Hai pendusta, kau tak pantas merintah-merintah manusia. Yang pantas itu aku yang merintah kamu!”
” Apa yang kau inginkan?”, tanyanya.
” Aku ingin kau keluar dan tak mengganggu acara hajatan keluarga ini ! tegasku.
Tapi ia tetap tak mau keluar dan tetap mengaku sebagai ayahnya orang yang kerasukan. Bahkan ia tetap gak mau mengaku sebagai makhluq jin. Lalu aku katakan sambil memijit urat besar dileher kiri orang yang kerasukan tersebut.
” Kalau begitu, aku akan memohon do’a kepada Allah supaya Ia membongkar kebohonganmu. Dan dengar, aku akan membacakan ayat-ayat Ilahi !”
Setelah berkata seperti itu, ia melotot. Lalu aku bacakan; ” fain aamanu bimitsli maa amantum bihi, faqodih tadao. Fain tawalao fainnamahuh fii syiqoq ( Maka Jika mereka beriman sebagai mana kamu beriman, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Tapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu). Maka Allah mencukupkan engkau( Muhammad) terhadap mereka ( dengan pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al Baqarah;137).
Setelah itu, aku bacakan surat alfatihah dan ayat kursyi, dan tak lama kemudian, muntahlah sang tetangga tersebut sambil berteriak; ” Ampunn…panas !”
” Kini aku ingin bertanya lagi, masihkah kamu mengaku sebagai ayahnya orang ini?”, pancingku.
” iya…iya…iyaaaa..!”
” Iya apa?”, tegasku.
” iya aku ini jin. Ampun..aku mau keluar!”
“Bagus lah kalau begitu.” Kataku.
Lalu aku mengurut perutnya sambil ditarik keatas menuju mulutnya. Berbarengan dengan muntahan, si jin tersebut ahirnya keluar. walhamdulillah.
Setelah itu, aku sampaikan nasihat kepada keluarganya supaya mereka tak percaya dengan pengakuan-pengakuan jin yang suka ngaku sebagai karuhun (leluhur), atau bahkan wali. Lewat bukti yang mereka saksikan sendiri, ahirnya mereka percaya dengan nasihatku. Padahal sebelumnya, mereka suka tutup telinga dengan nasihat-nasihatku.
Demikian, semoga bisa menjadi pelajaran yang berharga. Akhirulkata,
barokallahufikum, wassalamu’alaikum.
————–
Abah Roqy