BAHAYANYA AL ‘AIN
Sore itu,
Datang sebuah keluarga kurang lebih 7 orang,
Para akhwat dengan pakaianya islaminya plus cadar menutupi wajahnya terlihat maa syaa Allah anggun tanpa harus glamor, terlihat indah walau tanpa harus terlihat menor…
Para ikhwan dengan jenggot panjangnya dan berpenampilan menarik dan rapi tanpa harus banyak aksesoris, teelihat tampan tanpa harus operasi plastik…
Diantara mereka,
Ada satu perempuan paruh baya yang belum bercadar, terlihat tua dan rapuh namun elok dengan hijab yang menjulur panjang melewati dada walau tidak terlalu lebar..
Wanita paruh baya itu adalah ibu dan mertua dari mereka yang datang.
Sang ibu,
Dibopong karena mengalami kesulitan untuk berjalan kata dokter sih Syaraf kejepit awalnya, tapi setelah pemeriksaan lebih lanjut dengan peralatan medis yang canggih bahkan sampai keluar negri tidak ditemukan satu masalahpun katanya yang berkaitan dengan syarafnya, tulang – tulangnya pun masih bagus tidak ada masalah..
Dan akhirnya beliau pun berikhtiar untuk di ruqyah kesana kemari namun, Allah belum memberikan kesembuhan dan perbaikan. Hingga akhirnya beliau pun jauh jauh datang ke yayasan kami menjadi salah satu ikhtiar untuk meraih kesembuhan dari Allah….
Singkat cerita,
Setelah keluarga tersebut memperkenalkan diri ( Mereka keluarga yang istiqomah berdakwah) dan punya pesantren yang cukup besar diwilayahnya dengan santrinya yang hampir seribu.
Seperti biasa konseling pun dimulai,
Saya mulai bertanya ” ADA YANG BISA DIBANTU BAPAK IBU SEKALIAN…??? ”
Ada satu anaknya yang tertua ( seorang akhwat ) mulai membuka percakapan
” IYA USTADZ, INI IBU SAYA SAKIT HINGGA TIDAK BISA BERJALAN SEDIKITPUN, SUDAH BEROBAT KEMANA – MANA TAPI MASIH SEPERTI ITU BAHKAN SUDAH BEROBAT KELUAR NEGR BELUM ADA PERUBAHAN SEDIKITPUN ” ( UJARNYA)
” OH BEGITU SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN KESEMBUHAN YANG SEMPURNA UNTU IBU, IBU DAN AYAH TINGGAL SAMA SIAPA SEKARANG…??? ” ( TANYA SAYA)
” IBU SUDAH LAMA PISAH DENGAN AYAH USTADZ, BELIAU ( IBUNYA) SUDAH MENIKAH LAGI DAN SEKARANG TINGGAL DENGAN SUAMINYA DI TASIK ” ( JAWABNYA)
” OH YAA YAA, SEBERAPA SERING ANAK – ANAKNYA NENGOKIN IBU KETASIK….??? ” ( TANYA SAYA LAGI)
” JARANG BANGET USTADZ, PALING SETAHUN SEKALI KAMI KESANA, KARENA KESIBUKAN KAMI JUGA ” Ujarnya
Oke setelah mendengarkan hal tsb.
Langsung saya berikan pemahaman tentang bagaimana memuliakan ibu, dan segala kemungkinan ibu merasa kangen sama anak – anaknya dan lain sebagainya…..
Namun,
Belum selesai ana menjelaskan sang anak tertua ini memotong ” MAAF USTADZ, BUKANNYA SEPERTI ITU”
Dia menjelaskan kembali bahwasanya ada perbedaan pemahaman anatara anak anaknya dengan ayah tirinya sehingga kurang begitu nyaman kalau sering sering kesana. Dan bla bla menyudutkan ibunya dan ayah tirinya intinya.
Setelah mendengar pemotongan percakapan saya tetap lanjutkan penjelasan tentang memuliakan Kedua orang tua tanpa kata tapi…
Dan lagi lagi sebelum selesai dipotong lagi ” MAAF USTADZ BOLEH SAYA MOTONG LAGI ”
YA BOLEH UJAR SAYA
Kembali sang anak menjelaskan seolah olah apa yang saya sampaikan menyalahkan anak anaknya padahal ibu nya dan ayah tirinya yang kurang dalam beragama dan selalu menyalahkan anak anaknya. Diakhiri dengan beliau berkata ” MAAF USTADZ BOLEH KITA BICARA DISANA BERSAMA ADIK ADIKNYA ( TANPA IBU ),
Oke saya ikuti, dan slintas saya pandang wajah ibunya yang berubah rona wajahnya seperti kesal ( yaa siapa yang tidak kesal coba, seorrang ibu ditinggalkan anak anaknya untuk ngbrol dengan saya, seolah olah beliau mau di ghibahi)
Dan betul setelah di ruangan yang lain, sang anak habis habisan mengghibahi ibunya ( seolah olah tak terima dia disalahkan ( padahal saya hanya memposisikan sesuai dengan fitrohnya) , semua kejelekan ibunya di ceritakan sama saya, akhirnya saya potong percakapan itu dan saya persilahkan untuk semua anak anaknya meminta maaf, Sang anakpun terlihat gak senang, kan saya belum selesai ustadz,
Tidak ada manfaatnya untuk saya mendengarkan hal tsb ( uJar saya)
Setelah itu mereka kembali dan minta maaf kepada ibunya, ketika posisi meminta maaf dan memluk ibunya ” Saya iringi dengan berdo’a muhasabah dengan suara kerasa ”
” YAA ALLAH, SUNGGUH KAMI KURANG ADAB TERHADAP IBU KAMI AMPUNILAH KAMI, AMPUNILAH SEGALA KESOMBONGAN – KESOMBONGAN KAMI, AMPUNILAH SEGALA KEANGKUHAN KAMI DST.
Setelah itu saya ajak bermuhasabah mengingat kembali masa kecil mereka yang senantiasa banyak salah kepada ibu mereka namun ibu mereka merasa bahagia dan meladeni mereka dengan tersenyum dan sEterusnya.
Setelah itu, anak anaknya semua muntah banyak sekali terutama anak tertua dan Alhamdulillah setelah proses itu anak anaknya menyadari segala kesalahan dan keangkuhannya yang merasa lebih baik daripada ibunya tanpa adab,
Terakhir,
Diagnosa mengarah ibunya teelempar ‘Ain dari anak anaknya terutama anak tertuanya, saya sarankan mereka memasukan tangan mereka ke air dibaskom bersama sama dan membaca suroh al mulk full dengan niat menghancurkan pengaruh ‘Ain kepada ibunya.
Dan saya minta untuk mengusapkan air teesebut ke tulang ekor dan kedua kakinya ( setelah itu ana keluar sebentar menunggu selesai diusapkan)
Setelah selesai saya meruqyah sang ibu dengan Qul d3an meminta beliau untuk berjalan dan maa syaa Allah, Allah mudahkan langsung menggapai kesembuhan kepada beliau. Normal seperti sebelum beliau sakit. Alhamdulillah
” BERILMU TANPA ADAB BAGAIKAN POHON BESAR TANPA DAUN, BUAH, DAN AKAR KERING, TIDAK KOKOH DAN MUDAH DIGOYANGKAN SYETAN”
Wallahu’alam
Barakallahu fiiekum
Rizqi Ginanjar Al-bantanny