Meruqyah Pasien Yang Memiliki lafadz Allah di Jempolnya
Beberapa tahun yang lalu, aku sempat meruqyah seorang pasien yang memiliki lafadz Allah d jempolnya. Lafadz tersebut hanya akan tampak setelah ia melakukan wudhu. Penampakannya tak terlalu jelas, tapi kalau dilihat dari dekat, kita akan bisa melihatnya.
Menurutnya , orang yang memiliki lafadz unik tersebut hanya ada 3 orang didunia ini, termasuk dirinya, entah bener entah enggak, wallahu’alam. Ia sendiri tahu itu, atas informasi dari beberapa orang paranormal yang sempat berdikusi dengannya. Terkait dengan itulah, beberapa paranormal sangat menghormatinya.
Aku mengenal pasien ini lewat temenku yg sering memposting tulisanku. Ia merasa tertarik dg tulisan tulisan tentang pengalaman ruqyahku, lalu minta temenku supaya ia dikenalkan denganku. Akhirnya, akupun bertukar nomer kontak dengannya, dan disitulah diskusi mulai terbangun.
Ia banyak bercerita tentang pengalaman pengalaman spiritual yang tak masuk akal. Bahkan menurut pengakuannya, ia sering berinteraksi dengan makhluk jin yang banyak mengikutinya. Selain itu, iapun sudah banyak membantu orang, baik yg berkaitan dengan masalah perjodohan, seret rijki hingga korban sihir. Padahal ia sendiri tak pernah mempromosikan diri, begitu ia menjelaskan.
Setelah menyimak penjelasannya, aku tak langsung memvonis bahwa dirinya korban dari talbis Iblis, mengingat aku baru mengenalnya. Perlu momen yang tepat, begitu menurut pertimbanganku.
Setelah beberapa minggu kemudian, saat aku merasakan bahwa ia mulai percaya padaku, ahirnya aku katakan bahwa ia perlu diruqyah, mengingat ia memiliki indikasi istijraz dari syetan !
Awalnya ia tak bisa terima. Ia merasa bahwa semua keistimewaan yang dimilikinya merupakan karunia dari Allah, dan bukan istijraz yang datangnya dari syetan.
Setelah itu, aku menjelaskan tentang perbedaan karomah dan istijraz, dengan harapan ia bisa mengenal sendiri keistimewaan yg dimilikinya, apakah termasuk karomah atau istijraz? Namun ia diam dan tak bisa menjawab.
Aku menduga, bahwa diamnya ia merupakan pengakuan, atau mungkin keraguan, bahwa dirinya memang tak layak masuk dalam kategori pemilik karomah. Dalam arti lainnya, mungkin ia sadar bahwa keistimewaan yg selama ini ia alami adalah istijraz dari syetan. Kubiarkan dia berpikir dan menyimpulkan sendiri.
Esok harinya komunikasi kembali lanjut. Ahir dari pembicaraan, ia menyatakan tertarik dan berniat untuk melakukan ruqyah, namun waktunya belum bisa ia pastikan. Kupikir ia masih gengsi, atau mungkin masih ragu untuk mengakui bahwa dirinya memiliki istizraj.
Setelah ia berencana akan melakukan ruqyah, tiba-tiba terjadi keanehan. Ada beberapa orang yang tak dikenalnya menelpon, termasuk salah seorang yang mengaku habib. Inti pembicaraan sama, yakni menghalangi dia untuk melakukan ruqyah. Dan salah seorang yg menghalanginya adalah seorang pelukis gha’ib terkenal yang ia sendiri tak mau menyebutkan namanya.
Sebetulnya, ia sudah lama merasakan keraguan dengan keistimewaan yang dimilikinya. Namun pada waktu itu, ia belum punya temen diskusi yang berani mengoreksi keilmuannya. Sekalipun begitu, ia sudah mencoba beberapa kali untuk membuang ilmu anehnya. Sayangnya, orang-orang yg diminta bantuan untuk membuang ilmunya, tak ada seorangpun yang sanggup, entah apa alasannya, mungkin karena takut atau ada pertimbangan lainnya. Namun pada suatu waktu, akhirnya peluang pun datang. Ia diajak temennya untuk mencoba mengikuti ruqyah massal. Tak banyak pertimbangan, iapun langsung menyetujuinya.
Tapi menurutnya, saat proses ruqyah massal berlangsung tak ada ngaruh sedikitpun. Bahkan saat itu ada perasaan sombong utk melecehkan peruqyah tersebut. Aku jelaskan padanya, bahwa untuk menangani pasien yg memiliki ilmu seperti dirinya, jelas tak cocok dengan cara ruqyah massal, tapi mesti ruqyah secara private supaya bisa lebih fokus. Akhirnya iapun setuju dan minta jadwal untuk segera ruqyah.
Esok harinya iapun kuruqyah secara langsung bersama seorang Bidan. Tapi nampaknya ia kurang fokus juga karena terganggu dengan reaksi prontal dari sang Bidan. Reaksi yang ia rasakan hanya sekedar dingin disekujur tubuhnya, dan merasa lemes sekali.
Esok harinya, aku hubungi dia, tapi tak ada respon. Ditelpon tak mau ngangkat, dikirim pesan pun tak mau membacanya. Nampaknya, serangan balik menyerang pikiran dan jiwanya, supaya ia memutus komunikasi dan menghentikan proses ruqyah lanjutan.
Beberapa hari kemudian, pesan yg telah kukirim tetap tak ia baca. Lalu aku hubungi temennya tentang sikap dia yang tak meresponku.
Esoknya, setelah ia diomongin temennya , ahirnya ia mau juga menghubungiku. Secara jujur ia mengatakan, bahwa ia tiba-tiba tak menyukaiku tanpa alasan yang jelas. Tapi anehnya, ia suka kangen juga , begitu ia menjelaskan dalam telpon sambil tertawa.
Esok harinya lagi, ia menjelaskan tentang rahasia pribadinya, dimana rahasia tersebutlah yang telau mendorong dirinya ingin mencoba berobat dan membuang ilmunya.
Apa sih rahasianya?
Penasaran ?
Ya, satu alasan yang mendorong ia ingin membuang ilmunya itu terkait dengan hilangnya hasrat syahwat kepada tiap lelaki. Dan itu terjadi setelah suaminya tiba-tiba impoten hingga berujung cerai. Padahal ia sudah berusaha berihtiar kemana-mana, tapi tetap tak sembuh. Masalah inilah yang telah lama mengusik hatinya.
Suatu waktu, ia pernah mencoba untuk mendekati seseorang. Akan tetapi, ia sangat marah saat lelaki tsb merayunya. Tak cukup disitu, bahkan ia kirim jin untuk merusak kehidupannya. Namun setelah itu ia menyesal, dan minta tolong supaya aku meruqyah orang yg telah ia dzalimi. Lha, aku pikir, kenapa gak dia sendiri yang mengobatinya? Tapi sayangnya, ia gak menjawab.
Ia banyak cerita tentang pengalaman gha’ibnya, dan record audionya msh tersimpan. Tp, ada satu persoalan inti yg ia ingin sampaikan, bahwa ia ingin kembali normal, dan ingin spt wanita lainnya yg bisa mencintai seorang lelaki dan kembali memiliki seorang suami.
Kali ini, mengingat ia sedang pulang ke Menado, aku tawarin untuk therafi jarak jauh lewat telpon. Dan alhamdulillah iapun setuju.
Reaksinya dahsyat.
Setelah berjalan beberapa puluh menit bacaan ruqyah, tiba-tiba ia tertawa, kemudian menangis dan marah. Mulutnya terus nyeroscos dg segala sumpah serapahnya. Tapi aku tak peduli. Aku terus bacakan ayat-ayat ruqyah hingga ia muntah darah, kemudian ia minta supaya ruqyah dihentikan dulu.
Ia bilang sangat terkejut dengan ruqyah kali ini. Sekalipun lewat telpon, reaksinya lebih menggigit dibanding ruqyah sebelumnya yang dilakukan secara langsung. Walau demikian, ia ingin mencoba kembali ruqyah secara langsung.
Beberapa hari kemudian, ia ngasih kabar akan datang lagi ke Tasik untuk melakukan ruqyah lanjutan. Setelah nyampe di Tasik, ia ngasih kabar akan datang kerumah pada sore harinya. Akupun menunggunya.
Sore yang ia janjikan akhirnya tiba. Akupun menunggunya. Tapi pas waktu yg telah disepakati lewat, ia belum tiba juga. Akupun menelponnya. Setelah telpon diangkat, ia menjelaskan, bahwa sebetulnya ia sudah berangkat menuju rumahku. Tapi saat mau masuk gang, tiba-tiba ia merasa takut sekali. Ia tak bisa mengatasi rasa takutnya, yang dengan demikian akhirnya iapun terpaksa pulang. Aku hanya bisa tepuk kening sendiri, hehe..
Setelah itu, nampaknya rasa takut masih menguasai jiwanya. Ia masih belum berani untuk datang melakukan ruqyah. Ini menunjukan, betapa kuatnya dominasi jin khodam dzikir yang sering ia amalkan, hingga mampu menghalanginya untuk melakukan ruqyah. Ia telah terkurung oleh kekuatan shade yang bersumber dari jin penipu.
Ruqyah memang tak berlanjut, tapi komunikasi terus berjalan. Namun temanya terkait dengan hal yg ringan menyangkut masalah yang remeh temeh. Terasa ada upaya untuk menghindar dari pembicaraan masalah ruqyah. Akan tetapi ada hikmahnya. Ia kini sudah menyadari bahwa ilmunya itu bukanlah karomah. Selain itu, ia sering mengarahlan pasiennya untuk berobat ke abah.
Ada info yang menggembirakan, bahwa ia kini sudah menikah lagi. Dan itu berarti bahwa hasrat syahwatnya sudah kembali normal. Akan tetapi, ia masih tetap sering didatangi makhluk makhluk yang tak jelas. Wallahu’alam